Total Pageviews

2/28/2012

Blackberry Sang Pembunuh

Dalam 2-3 tahun kebelakang ini, masyarakat Indonesia khususnya kawula muda sedang merasakan 'demam' Blackberry. Dengan aneka fitur yang beraneka ragam yang dimiliki Blackberry tak ayal jika handphone ini dengan begitu mudahnya menyihir mata para peminatnya, terlebih lagi dari golongan sosialita dan remaja. Memang tak bisa dipungkiri lagi kebutuhan akan komunikasi saat ini memang sangatla pentingm namun dibalik fungsi utama handphone sebagai alat komunikasi, timbul pula fungsi sekunder dari penggunaan handphone.

Banyak kita lihat disekitar kita, penggunaan Blackberry sudah sangat menjamur di masyarakat. Ada beberapa orang yang sangat bergantung sekali dengan Blackberry. Ibarat kalau sehari tidak menggunakan Blackberry sama saja hidupnya mati. Lebih parah lagi, saat ini banyak yang mengkhawatirkan jika tidak membawa Blackberry dalam kegiatannya. Alasannya sangat klasik, ada yang bilang takut tidak bisa BBM (Blackberry Messengger). Orang lebih baik ketinggalan / tidak membawa Al-Quran ketimbang tidak membawa Blackberry.

Dari sini saja banyak masyarakat yang menjadi korban 'pembunuhan' yang dilakukan oleh Blackberry. Tragisnya lagi apa yang dilakukan remaja kebanyakan saat ini dengan fitur BBM. Bayangkan saja fitur tersebut digunakan untuk membicarakan orang lain / menggosip yang tidak punya Blackberry ataupun kejelekan lainnya. Ini sudah sangat jauh melewati batas koridor fungsi utama handphone untuk apa. Sebagian remaja yang tidak mempunyai Blackberry, ada yang acuh begitu saja, ada yang akhirnya tidak kuat atas pergaulan teman-temannya dan membeli Blackberry juga. Maklum, tipe orang seperti ini ibarat peribahasa "seperti air di daun talas", yakni tak punya pendirian.


Fenomena Blackberry ini sudah menjadi wabah penyakit pembunuhan karakter sebagian penggunanya, walaupun ada juga yang menggunakan Blackberry semata-mata hanya untuk berkomunikasi, bukan untuk menyalurkan gengsi dan ego mereka. Tidak ada salahnya memang mempunyai Blackberry, namun penggunaan Blackberry ada batasannya. Hanya untuk berkomunikasi melalui telepon, SMS, atau BBM tidak masalah, namun itu bisa berubah keadaannya ketika fitur di Blackberry digunakan untuk hal-hal yang tidak semestinya dilakukan.

Miris melihat kelakuan anak muda jaman sekarang yang menggunakan Blackberry, mereka merasa gengsi jika tidak memiliki Blackberry, takut dibilang kampungan, tidak gaul, dan sebagainya. Blackberry telah sukses meraih pangsa pasar konsumen telekomunikasi. Dibalik kesuksesannya dalam hal tersebut, tanpa sengaja Blackberry juga telah sukses melakukan 'pembunuhan' massal terhadap karakter para penggunanya.